Ini adalah pertanyaan besar dalam 150 tahun terakhir, apakah Tuhan ataukah evolusi yang menjadi pemicu munculnya kehidupan.
Blog ini, sistim pendidikan Amerika Serikat dan bahkan
politik Amerika sampai tahap tertentu didominasi perdebatan yang
beberapa kali menyentuh inti pandangan keduniawian kita dan pemikiran
tentang asal-usul kita.
Saya baru saja menemukan penelitian yang dapat membuat
ilmuwan pendukung penciptaan Tuhan menjadi mempertimbangkan evolusi.
Sebagian dari mereka mempercayai penjelasan kitab Kejadian Injil secara
langsung.
Tetapi seorang ilmuwan memutuskan untuk menggunakan ilmu
pengetahuan penciptaan (creation science) guna menguji keabsahan
evolusi.
Karena, katanya, jika ilmu pengetahuan penciptaan
membuktikan evolusi, berarti penelitian yang dilakukan
sebelumnya
seharusnya tidak bisa diterima lagi.
Ini adalah pemikiran yang cerdas karena kembali menempatkan bukti, bukannya keyakinan, sebagai inti perdebatan.
Ilmu pengetahuan tidak dapat membuktikan Tuhan tidak ada,
atau Tuhan kemungkinan pada suatu waktu memberikan semua hukum dan
proses fisika yang diketahui sebagai pembentuk alam semesta dan berbagai
hal di dalamnya.
Ilmu pengetahuan tidak dapat mempertanyakan keyakinan karena keyakinan memang tidak memerlukan bukti.
Bukti ilmiah
Kapal Noah, lukisan cat minyak Edward Hicks dari tahun 1846
Tetapi ilmu pengetahuan memerlukan bukti dan bukti ini
memungkinkan kita menjelaskan tentang bagaimana dunia berputar dengan
ketepatan yang semakin tinggi.
Kekuatan pendekatan berdasarkan bukti ini kemungkinan dapat
menjelaskan munculnya ilmu pengetahuan penciptaan yang berusaha mencari
bukti untuk mendukung penerjemahan langsung buku Kejadian Injil.
Penelitian ini kemudian diterbitkan pada jurnal seperti
Journal of Creation dan Creation Research Society Quarterly.
Laporan-laporan teknis ini dikutip tulisan penciptaan umum yang jumlah
semakin besar. Tulisan ini dipandang bertentangan dan mengecilkan
pengajaran evolusi.
Sekarang, lebih dari 20% masyarakat Inggris dan sebagian
besar orang Amerika, cenderung atau sama sekali menolak evolusi,
demikian hasil survei yang dilakukan jurnal Science.
Jadi sangatlah penting melakukan perdebatan berdasarkan bukti yang ada bukannya keyakinan.
Hal ini membawa kita kembali kepada penggunaan ilmu pengetahuan penciptaan untuk menguji keabsahan evolusi.
Fosil
Gambar Archaeopteryx buatan John Sibbick / NHMPL
Ahli biologi Phil Senter dari Fayette State University,
North Carolina, AS menerbitkan makalah tentang penggunaan teknik ilmu
pengetahuan penciptaan untuk meneliti catatan fosil.
Pada makalah pertama yang diterbitkan di tahun 2010, dia
menggunakan teknik pengukuran banyak dimensi klasik (CMDS) untuk
mengkaji kemunculan dinosaurus coelurosaurian berdasarkan tahapan
geologis.
Makalah panjang dan rinci tersebut diterbitkan pada Journal of Evolutionary Biology.
CMDS berasal dari cabang ilmu pengetahuan penciptaan bernama
baraminology yang menggolongkan organisma ke dalam kerangka penciptaan.
Binatang digolongkan dalam berbagai jenis atau baramins yang tercipta
secara terpisah dan mandiri tetapi kemudian menjadi beragam.
Kucing misalnya adalah satu jenis binatang atau baramin
tunggal yang diciptakan satu kali oleh Tuhan yang kemudian menjadi
keragaman yang kita lihat sekarang (termasuk singa, harimau, kucing
rumahan, dsb).
Ahli baraminologis mengkaji catatan fosil untuk membuktikan
kebenaran hal ini. Mereka mengidentifikasi catatan "perbedaan morfologi"
(misalnya apakah fosil kucing ditemukan, bukannya binatang mirip
kucing). Mereka menggunakan bukti ini untuk mengatakan bahwa jenis
binatang ini (kucing) adalah unik dan diciptakan secara tersendiri,
berbeda dengan anjing, misalnya.
Peta matematis
Semua kucing satu jenis? (gambar: Getty images / Gallo images)
CMDS memetakan secara matematis perbedaan morfologi ini.
Baraminologis menggunakannya untuk menegaskan terjadinya perbedaan
morfologi penting antara paus modern dan yang sudah punah, antara
arthropods (serangga dsb) dan annelids (cacing tanah, lintah dsb) mirip
ulat, dan antara arthropods dengan moluska.
Mereka mengatakan ini adalah bukti bahwa masing-masing
kelompok diciptakan secara mandiri, dan tidak bisa berevolusi menjadi
bentuk lainnya.
Dr Senter tidak mempermasalahkan metodologi - seperti
ditegaskannya dalam makalah tahun 2010, karena matematika tidak
berdasar.
Tetapi dia mengatakan jika CMDS memperlihatkan bahwa
dinosaurus memang memperlihatkan bentuk peralihan dan memang secara
genetika berhubungan satu sama lain, maka para pendukung penciptaan
menghadapi masalah.
Mereka harus mengakui kebenarannya, yang berarti
bertentangan dengan pandangan mereka sendiri bahwa kelompok ini muncul
tanpa evolusi. Atau mereka harus mencabut pandangan ini, tetapi juga
menolak metodologi mereka sendiri, yang digunakan untuk membuktikan
keabsahan pernyataan penciptaan mereka.
Kajian Dr Senter pada tahun 2010, tentunya juga menunjukkan
bahwa dinosaurus coelurosaurian berkaitan, terutama bahwa tyrannosaurus
(nenek moyang T. rex) bergabung dengan dinosaurus lain dari kelompok
Compsognathidae.
Hal ini juga mengacu kepada salah satu fosil binatang paling
terkenal, Archaeopteryx, yang bentuknya adalah peralihan antara burung
dan reptil, yang secara morfologis mirip dengan dinosaurus.
Teknik baraminologi
Ada berapa jenis dinosaurus? (Gambar: De Agostini UK / Natural History Museum London)
Sekarang Dr Senter kembali melakukan hal yang sama.
Dalam sebuah kajian yang diterbitkan minggu ini dalam
Journal of Evolution, dia menunjukan bagaimana metode ilmu pengetahuan
penciptaan, teknik baraminologi bernama korelasi takson, juga menunjukan
keberlangsungan morfologi antar dinosaurus untuk membuktikan bahwa
dinosaurus berhubungan secara genetis.
Jika anda membaca ringkasan makalah, terlihat bahwa
keragaman morfologis berkelanjutan menyatukan sejumlah kelompok
dinosaurus termasuk Saurischia, Theropoda, Sauropodomorpha,
Ornithischia dan Thyreophora.
Di dalam kelompok-kelompok ini terdapat dinosaurus yang
dikenal banyak orang seperti sauropods besar, theropods mirip burung
seperti Velicoraptor di film Jurassic Park dan dinosaurus berpinggul
besar seperti Triceratops bertanduk tiga.
Makalah setebal 20 halaman dan kesimpulannya membuat
pendukung penciptaan tidak nyaman karena tulisan ini menggunakan bukti
sebagai dasar pendekatannya.
Bahkan sebagian dari hasil Dr Senter yang secara sekilas
sepertinya mendukung pendukung penciptaan, sebenarnya menciptakan
masalah baru.
Masalah baru
Misalnya makalah tersebut memperlihatkan dinosaurus dapat digolongkan dalam delapan jenis atau baramins.
Hal ini membantu para pendukung penciptaan. Kebanyakan
ilmuwan penciptaan menjawab pertanyaan bagaimana begitu banyak
dinosaurus raksasa dapat menaiki Kapal Noah dengan mengatakan hanya
terdapat 50 "jenis" yang berarti hanya 100 binatang yang dibawa Kapal
tersebut.
Jika hanya delapan "jenis" yang ada, berarti akan terdapat
lebih banyak tempat di Kapal Noah untuk bentuk kehidupan lain yang
memerlukan perlindungan.
Tetapi jika hanya delapan "jenis" dinosaurus yang ada,
berarti akan lebih banyak macam dinosaurus yang tergolong dalam satu
kelompok atau baramin, yang para pendukung penciptaan yakini diciptakan
langsung Tuhan. Yang tentunya berarti dalam hanya beberapa ribu tahun
setiap "jenis" dinosaurus menghasilkan fosil yang sangat beragam yang
kita temukan sekarang.
Ini mirip evolusi, dengan irama yang lebih cepat.
Dr Senter menunjukkan ruang gerak kelompok penciptaan semakin berkurang.
Sejak tahun 1990, Dr Senter mengatakan paling tidak temuan
13 fosil transisi menjembatani perbedaan morfologis antara kelompok
dinosaurus yang sebelumnya kelompok penciptaan pandang diciptakan
tersendiri.
Perdebatan
Perdebatan sudah pasti akan terus berlanjut.
Penelitian Dr Senter, yang lebih canggih daripada apa yang
saya tulis di blog ini, tidak mengomentari pandangan siapapun.
Tetapi hasil pekerjaannya, dan laporan saya, diharapkan akan
membawa perdebatan melangkah maju tentang bukti yang telah terkumpul
dan apa arti bukti tersebut.
Jadi biarkan saja perdebatan berlangsung terus.
(bbc/bbc)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar